Rabu, 28 Agustus 2013

JEMBATAN GANTUNG DENGAN KABEL SELING DI KEC. TANJUNGKERTA



Tanjungkerta 27 Agustus 2013

Pernah lihat pemandangan seperti ini?



Itu adalah anak sekolah dari kampung warungjati hendak pergi menuju Madrasah di kampung gandasoli. (Kaget ?..., sama…), photo tersebut di ambil ketika awal musim kemarau tahun ini, kebayang nggak kalo musim hujan? Saat musim kemarau debet air di sungai Ciranjang ini memang sedikit, tapi lumayan cukup deras. 

Menurut informasi yang diperoleh, apabila musim hujan anak-anak tersebut harus mengambil jalan memutar melewati jembatan yang paling dekat, sehingga  jarak yang di tempuh untuk sampai ke madrasah kurang lebih 6 KM.  Memang ada fasilitas ojeg (ongkosnya 6 rebu) yang nantinya akan di ganti oleh pihak madrasah (hebat tuh madrasah, udah di kasih ilmu, dikasih ongkos lagi….), tapi kayanya kalo ada jembatan di lokasi tersebut tentunya pihak madrasah dapat lebih memanfaatkan biaya ganti ongkos tersebut guna biaya operasional madrasah yang lebih bermanfaat.


Ini adalah pemandangan di sekitar lokasi tersebut, 

Sawah nan hijau, yup…, masyarakat di kampung warungjati dan gandasoli ini banyak yang bertani, ada warga warungjati  yang mempunyai lahan di gandasoli atau pun sebaliknya, mereka berharap ada akses yang aman dan dekat  guna keperluan mengangkut hasil panen serta dalam pengolahan lahan.
Intinya, dua warga kampung tersebut memerlukan suatu akses yang  lebih dekat yang dapat menghubungkan dua kampung tersebut.


Melihat hal seperti itu PNPM mandiri dengan dimotori oleh fasilitator dari kecamatan tanjungkerta menggarap usulan pembangunan jembatan gantung dengan kabel seling. Mas Witjaksono sebagai fasilitator teknik Kecamatan Tanjungkerta dengan antusiasnya memberikan informasi kepada penulis serta sharing yang cukup banyak tentang pembangunan jembatan gantung ini .
Fasilitator Kecamatan Tanjungkerta di TKP

(alhasil mas witjak yang memang orang sipil menerangkan dengan antusias, dan saya yang tidak paham mengenai sipil mengangguk angguk tanda setuju…. Hehehehe….).Eh ada satu lagi tentang mas Witjak, orang sunda bilang, “pameugeut mah kasep sareng wibawa teh katingalna pas kakolotnakeun” nah, kalo saya lihat, dalam sosok mas Witjak statement itu berlaku, tapi dalam diri saya kenapa tidak yah ?…..ckckckckck ada yang salah ini… hahahahaha…..



Kembali ke jembatan gantung,
 
jembatan gantung dengan kabel seling
ini adalah jembatan gantung yang di bangun tidak jauh dari lokasi penyeberangan anak sekolah seperti photo di atas dan masih dalam tahap finishing di bulan Agustus 2013.
yang lama dalam pembangunan jembatan gantung ini adalah tahap persiapannya menurut mas Witjak, tahapan persiapan tersebut diantaranya pemasangan pondasi abutmen, pondasi angker dan lain sebagainya, sedangkan untuk tahap fabrikasinya (perbengkelan) memerlukan waktu 2 minggu, dan untuk pemasangannya sendiri hanya memerlukan waktu 1 minggu.

Menurut mas Witjak jembatan ini menghabiskan biaya kisaran Rp. 196.000.000 dengan dana swadaya yang kurang lebih sebesar Rp. 11.800.000 yang di hitung dalam material dan tenaga kerja.
Panjang bentang antar abutmen adalah 30 meter dan lebar jembatan itu sendiri adalah 1,5 meter.  Seperti konstruksi jembatan gantung lainnya jembatan ini menggunakan besi penyangga yang tingginya 6 meter serta kawat seling dengan diameter 1,25 inch.
Selain sebagai jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki, jembatan ini  nantinya dapat dilalui juga oleh roda dua.

Oke mas, posting selanjutnya di tunggu nih…., (tentang proses pembangunan jembatan gantung ini),  mas Witjak sebagai perancang , pembuat RAB serta yang mengawasi pembangunan jembatan gantung ini tentunya mau berbagi dengan yang lain, saya yakin banyak yang membutuhkan informasi tentang program PNPM MPd dalam hal pembangunan jembatan gantung dengan menggunakan kabel seling ini.

Oh iya, penulis sempet nanya bagaimana respon masyarakat di dua kampung tersebut?, mas witjak menjawab, mereka senang terlihat dari senyuman setiap warga yang melihat atau melewati jembatan itu.

Salut mas, tetap semangat sebagai Fasilitator Teknik Pemberdayaan.